LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA
TANAMAN UNGGULAN
”KOMODITAS ALOEVERA , JERUK, DAN SAGU ”




UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS PERTANIAN
2011





Judul                 :  Kunjungan praktikum tanaman unggulan (aloevera, jeruk dan sagu)
Tempat            : Jl. Budi utomo no. 29  siantan hulu, pontianak utara (aloe vera                                                                                                                                                                           center),  sungai ambawang.
Tujuan             : Untuk mengetahui teknis budidaya tanaman unggulan ( aloevera,                                         jeruk dan sagu) serta produk hasil dan kendala yang terjadi di pada tanaman unggulan tersebut.


Hasil dan pembahasan

  1. LIDAH BUAYA ( ALOE VERA )
Lidah buaya (Aloe vera (L.) Webb.) merupakan tanaman yang telah lama dikenal di Indonesia karena kegunaannya sebagai tanaman obat untuk aneka penyakit. Belakangan tanaman ini menjadi semakin popular karena manfaatnya yang semakin luas diketahui yakni sebagai sumber penghasil bahan baku untuk aneka produk dari industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Pada saat ini, berbagai produk lidah buaya dapat kita jumpai di kedai, toko, apotek, restoran, pasar swalayan, dan internet yang kesemuanya mengisyaratkan terbukanya peluang ekonomi dari komoditi tersebut bagi perbaikan ekonomi nasional yang terpuruk dewasa ini.
Tanaman lidah buaya meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia ternyata dapat tumbuh baik di negara kita, bahkan di Propinsi Kalimantan Barat, khususnya di Kota Pontianak, tanaman ini beradaptasi jauh lebih baik daripada di tempat-tempat lainnya. Hal ini diakui oleh pakar lidah buaya mancanegara yang karenanya juga turut menyayangkan bilamana keunggulan komparatif yang dimiliki oleh tanaman ini tidak dimanfaatkan oleh Indonesia. Kepentingan pasar global, setidaknya regional, terhadap lidah buaya Indonesia perlu ditindaklanjuti dengan berbagai program yang mendukung pengembangan komoditi ini dari mulai pembudidayaannya dilahan petani, pengolahan hasilnya menjadi berbagai produk agroindustri, dan pemasaran produk-produk tersebut baik secara domestik maupun global. Laporan ini akan menyajikan informasi berdasarkan hasil studi lapang yang mencakup aspek-aspek teknik produksi, pemasaran, keuangan, dan ekonomi sosial yang terkait dengan pengembangan lidah buaya tersebut.
Harga
Harga produk daun lidah buaya segar bervariasi menurut mutu produk dan cara penanganannya. Tingkat mata rantai tata niaga tidak memberikan pengaruh pada harga karena hasil panen dari petani diambil di kebun oleh pedagang pengumpul atau petani mengangkutnya ke pedagang pengumpul terdekat dari kebunnya. Dalam hal ini tingkat mata rantai tata niaga terdiri dari tingkat petani/kebun, tingkat industri/pengolahan rumah tangga (setempat), tingkat pedagang pengumpul, dan tingkat pengekspor. Namun, pedagang pengumpul tersebut ada yang berperan sebagai "tangan-tangan" pengekspor, yang dalam suatu kasus bahkan dianggap sebagai konsultan penjamin mutu produk dari perusahaan pengekspor tadi.
Terdapat dua atau tiga kelas mutu produk komoditi ini yang dikenal di lapangan. Penggolongan mutu produk ke dalam dua kelas memberikan kelas mutu A dan kelas mutu B, sedangkan penggolongan mutu ke dalam tiga kelas memberikan kelas mutu A (mutu ekspor), kelas mutu B, dan kelas mutu C. Pada umumnya petani menghasilkan daun lidah buaya berkelas A atau B, sebagian besar (90 persen) dari kelas mutu A.
Harga daun lidah segar kelas mutu A di tingkat petani atau pengumpul adalah Rp 1200/kg jika belum dibungkus dengan kertas koran dan menjadi Rp1300/kg jika telah dibungkus kertas koran (biaya pembungkusan dengan kertas koran Rp 100/kg daun lidah buaya segar). Harga produk di tingkat pengekspor tidak terjangkau oleh survei ini. Harga kelas mutu B adalah Rp 800 setelah dibungkus koran dan kelas mutu C Rp 500/kg. Secara pukul rata, harga daun lidah buaya segar berkisar dari Rp 800 hingga Rp 1500 perkilogram di tingkat petani atau pedagang pengumpul.

Tabel Jenis-jenis lidah buaya yang terdapat di Aloe Vera Centre
No
Spesies
Asal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Aloe vera speciosa
Aloe vera shiota
Aloe vera saponaria
Aloe vera jucunda
Aloe vera riveiri
Aloe vera sparking
Aloe vera milotti
Aloe vera seguiirossa
Aloe vera arboreisences
Aloe vera rauhii
Aloe vera aristata
Aloe vera lateritia
Aloe vera marlothii
Aloe vera grandidentata
Aloe vera pilansii
Aloe vera rivaei
Aloe vera parvula
Aloe vera davyana
Aloe vera ibityensis
Aloe vera tenvior
Aloe vera blacbeauty
Aloe vera ferrox
Aloe vera haworttioides
Aloe vera hemmingii
Aloe vera buettneri
Aloe vera malanacantha
Aloe vera somalensis

Afrika
Afrika Selatan
Afrika Selatan
Somalia
Saudi Arabia
Burgundy
Madagaskar
Yaman
Afrika Selatan
Madagaskar
Afrika Selatan
Kenya
Afrika Selatan
Afrika Selatan
Namibia
Somalia
Madagaskar
Afrika Selatan
Afrika
-------
Afrika
Afrika Selatan
Madagaskar
Namibia
Anggola
Namibia
Somalia


  1. TANAMAN SAGU ( Metroxylon sp )
            Tanaman sagu adalah tanaman dengan multi manfaat, di beberapa daerah sagu merupakan makanan pokok penganti beras, karena memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, pati sagu juga dapat diolah menjadi berbagai macam penganan yang cukup digemari oleh konsumen. Selain itu ada juga sebagian masyarakat yang menggunakan sagu sebagai makanan ternak dan daunnya digunakan sebagai atap rumah.
Sagu masih satu famili dengan kelapa, yaitu famili palmae. Sagu, nama latinnya Metroxylon sp. Ada banyak jenisnya. Ada yang (pelepahnya) berduri, ada yang tidak berduri.
Di Kalimantan Barat sebagian tanaman sagu adalah jenis yang tidak berduri. Sentra sagu ada di kabupaten Sambas, Kubu Raya, Sanggau, dan Ketapang.Di Pontianak terdapat di sungai ambawang yakni disepanjang tepian sungai kapuas. Salah satunya di tepi jembatan tol II. Ditepian sungai tanaman sagu tumbuh dan dikembangkan oleh masyarakat sekitar.
Masyarakat umumnya memanfaatkan tanaman sagu Setelah dewasa.Sagu dipanen dengan cara ditebang, kemudian dipotong-potong sepanjang kurang lebih 1 meter, lalu diikat bersambungan. Kemudian dihanyutkan melalui parit. Setelah sampai ditempat pengolahan kemudian batang sagu dibelah, bagian tengahnya yang berupa pati diekstrak. Ekstraksi yang selama ini dilakukan di masyarakat masih sangat tradisional.

  1. TANAMAN JERUK (citrus nobilis var.microcarpa)
Jeruk Pontianak (citrus nobilis var.microcarpa) adalah jenis jeruk siam yang telah lama menjadi salah satu komoditi unggulan tanaman holtikultura di Pontianak Kalimantan Barat. Jeruk Pontinak telah terkenal secara luas dan diakui memiliki rasa yang khas, berkulit tipis, manis dengan sedikit rasa asam.
Sebenarnya jeruk ini bukanlah hasil produksi pertanian kota Pontianak. Sentral tanaman jeruk ini adalah Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas. Sejarah perkembangan jeruk siam yang akhirnya terkenal sebagai Jeruk Pontianak di Kalimantan Barat dimulai sejak tahun 1936 tepatnya di Kecamatan Tebas, Kabupaten Pontianak. Bibitnya berasal dari Negara Tiongkok. Hingga awal tahun 1950 jeruk siam telah berhasil dibudidayakan hingga mencapai 1000ha. Tahun 1960 sebagian besar pohon jeruk ini ditebangi karena
terserang penyakit.
Pada tahun 1979-1996 Jeruk Pontianak mengalami masa kejayaan yaitu mencapai produksi 26.000 ton per tahun. Setelah tahun 1996 Jeruk Pontianak anjlok sebagai akibat dari monopoli tata niaga jeruk yang inengakibatkan harga ditingkat petani jatuh dan akibatnya petani membiarkan pohon jeruk meranggas mati tak terpelihara dan diperparah
akibat serangan hama.
Untuk mengatasi berbagai kelemahan jeruk pontianak yang dikembangkan melalui sistem cangkokan, pembibitan dilakukan dengan sistem okulasi. Sistem ini terbukti lebih unggul antara lain lebih tahan terhadap penyakit, berbuah terus menerus sepanjang tahun, serta rasa buah jeruk yang lebih manis, banyak mengandung air dan kulit buahnya tipis. Penangkaran bibit dengan sistem okulasi dilakukan dengan menggunakan varietas Japanese citroen atau rough lemon sebagai batang bagian bawah dan bagian atas menggunakan varietas jeruk pontianak.
Saat ini masyarakat Sambas kembali mengembangkan potensi tanaman jeruk. Luas potensi areal pengembangan jeruk saat ini antara 10.000-20.000 ha, terdapat di Kabupaten sambas. Lokasinya terletak dalam satu hamparan dataran rendah yang luas pada beberapa Desa di Kecamatan Pemangkat, tebas, Sambas, dan Teluk Keramat. Berdasarkan rencana pengembangan produk unggulan daerah Kabupaten Sambas, masih tersedia pengembangan komoditas jeruk seluas 7.844 ha dan masih memungkinkan untuk diperluas, karena ketersediaan area pertanian lahan kering di Kalbar mencapai seluas 200.000 ha.
Menurut situs resmi Provinsi Kalimantan Barat, keunggulan jenis jeruk siam ini antara lain popularitasnya yang sudah terkenal baik dalam maupun luar negri khususnya ASEAN. Selain itu masa produktifitasnya juga cukup lama (15-20 tahun) dengan benefit
cost ratio (BCR) sebesar 3,59. BCR jeruk siam ini merupakan yang tertinggi dibanding
komoditas pertanian lainnya di Kalimantan Barat. Selain itu harga di pasaran relatif stabil
dan cenderung terus meningkat.
Keunggulan jeruk Pontianak yang terkenal sebagai jeruk yang manis, harus dipertahankan. Tidak hanya melalui dinas Pertanian dengan pembinaan terhadap pembibitan, penanarnan, pemeliharaan dan pemanenan tanaman jeruk hingga pasca panen, tetapi juga tugas dinas Perindustrian dan Perdagangan selaku pengawas mutu barang yang diekspor untuk mengawasi mutu jeruk Pontianak diekspor ke luar negeri terutama negara-negara ASEAN.
          


Daftar Pustaka